Rabu, 28 Juni 2023

SUKUD DALAM SHOLAT




Sujud

Sujud secara bahasa adalah condong atau turun, sedangkan secara syara’ adalah menempelkan dahi pada Tanah, karena konteknya sujud dalam sholat jadi menempelkan dahinya orang yang sholat pada tempat sujud. Definisi yang saya ambil wikipedia cukup lengkap  karena mewakili semua jenis sujud yaitu perbuatan menempatkan dahi, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki pada kondisi serentak di lantai dengan tujuan tertentu karena Allah pada waktu dan saat-saat tertentu. Sujud ini menjadi rukun sholat, artinya jika kita tidak melakukannya maka batal/tidak sah sholatnya tetntunya dengan tuma’ninah, sujud merupakan bukti penghambaan kita kepada Alloh bagaimana tidak bagian anggota badan kita yaitu kepala menjadi bagian yang paling rendah bahkan lebih rendah posisinya dari pantat kita, ini menunjukkan bahwa kita ini hamba yang tidak ada apa-apa nya dihadapan Alloh yang Maha Gagah dan Maha Perkasa.
Alloh SWT telah berfirman ayat QS Al-naml 25-26 

أَلَّا يَسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي يُخْرِجُ الْخَبْءَ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُخْفُونَ وَمَا تُعْلِنُونَاللَّهُ * لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ  الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

“Agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan, tiada Tuhan Yang disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai 'Arsy yang besar”

Begitu juga dalam QS Al-hijr 98-99

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ 

“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat) dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”
Perintah sujud ini sampai datang kepada kita ajal, artinya selama hayat masih dikandung badan sudah menjadi kewajiban kita agar terus bersujud dengan bertasbih dan memuji Alloh yang Maha Kuasa. 

Sujud juga merupakan saat dimana seorang hamba dekat dengan Alloh sebagaimana Rosululloh pernah utarakan

أَقَْربُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدِ مِنْ رَبِّهِ َوهُوَ سَاجِدً . فَأَكْثِرُوْا الدُعَا
“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Robb-nya adalah ketika sujud, maka perbanyaklah  kalian berdoa (saat sujud)” (HR Ahmad dan HR. Muslim), redaksi lainnya dengan maksud yang sama 

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ 
“Sedekat-dekatnya seorang hamba dengan Allah adalah saat ia sedang sujud, maka perbanyaklah kalian berdoa (saat sujud)” (HR Thobrani).

Syaikh Nawawi Banten memberikan penjelasan dalam kitabnya antara lain :

Pertama sujud dengan 7 anggota badan sesuai hadits : 
Rasulullah SAW bersabda : 

 أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الجَبْهَةِ، وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَاليَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ، وَأَطْرَافِ القَدَمَيْنِ  
“Saya diperintah untuk bersujud di atas tujuh anggota badan, yakni dahi—sambil tangan beliau menunjuk pada hidungnya--, kedua tangan, kedua kaki, dan ujung-ujung telapak kaki.” (HR. Imam Bukhari), jadi 7 anggota badan itu adalah kening/dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua telapak kaki.
Begitu pula dengan hidung yang diisarahkan oleh Rosululloh, dan adanya keterangan hadits lainnya yaitu hadits dari Abu Sa’id Al-khudri ra mengatakan “Nabi sholat bersama kami sampai saya melihat bekas debu basah dan air di dahi Rosululloh Saw dan ujung hidug beliau” (HR Bukhori)

Saat sujud disunahkan kedua telapak tangan diletakkan sejajar dengan bahu, jari-jari tangan dikumpulkan (dirapatkan) dengan mengarah ke kiblat berdasarkan hadits Abu Hamid As-Sa’idly ra “manakala sujud Rosululloh Saw meneguhkan kening dan hidungnya ke Tanah, beliau menjauhkan tangannya dari Tanah dan meletakkan tangan sejajar dengan bahu” (HR Turmudzi, HR Abu Daud dan HR Ibnu Khuzaimah) dan riwayat hadits dari Wail Bin Hujr bahwa Nabi Saw jika sujud, mengumpulkan (merapatkan) jari-jari tangannya (HR Hakim, HR Baihaqi dan yang lainnya merupakan hadits shohih)
Disunahkan juga merenggangkan kedua paha dan kaki, kira-kira satu jengkal atau kurang lebih dan ini juga mengacu pada hadits dari Abu Hamid As-Sa’idi yang mengatakan “bilamana sujud Rosululloh Saw merenggangkan paha nya dengan tanpa membebankan perutnya pada bagian pahanya” (HR Abu Daud dan HR Baihaqi), jadi posisi tangan jangan menyentuh tanah dan juga si perut jangan berimpit dengan paha.
Disunatkan juga bagian jari-jari kaki membuka dengan tumit yang tegak sehingga jari-jari ini menghadap kiblat.

Kedua, kening/dahi harus keadaan terbuka tidak ada yang menghalangi antara tempat sujud dengan kening/dahi keculai ada udzur syara, ada yang menghalangi maka tidak sah sujudnya dari hadits Sholih As-sabba’i “Rosululloh Saw melihat pria sujud dengan lambungnya sementara dahinya tertututp sorban, maka beliau menyingkirkan sorban itu dari dahinya” (HR Baihaqi dengan sanad yang mursal) dari Nafi bahwa Ibnu Umar ra manakala sujud dan ada sorban yang menutupinya , ia menyingkirkanya sehingga dahinya menempel langsung pada Tanah (HR Baihaqi dengan sanad yang shohih)

Ketiga, bertumpu kepada kepala maksudnya kening atau dahi jadi tidak pada anggota yang lainnya, Imam Nawawi dalam kitab Syarah Muhadzdzab mengemukan pandangannya bahwa yang shohih adalah tidak cukup dahi hanya menyentuh tanah / tempat sujud, ia harus diteguhkan dengan beban kepala dan leher sampai benar, bahas sundana mah jadi lamun tea mah aya kapas atau benda anu hipu pas sujud katingali urut sujud jiga tertekan eta bendana.

Keempat, condong atau sujudnya benar benar untuk sujud, misalnya ketika i’tidal dan akan sujud (belum sujud) tiba-tiba anak kita mendorong sehingga kita terjatuh dengan posisi seperti sujud terus kita niatkan sujud, tidak bisa harus naik i’tidal dan melakukan sujud dengan sempurna

Kelima, tidak sujud dengan sesuatu yang bergrak dan mengikuti kita, misalnya kita sholat memakai peci pas sujud peci itu menghalangi sujud (kening atau dahi) maka tidak sah sujud dan sholatnya, berbeda apabila kita sholat terus terus pas rukuk peci kita terjatuh atau anak kita menariknya dan menjatuhkan di posisi sujud kita lalu kita sujud diatas peci itu maka sah, karena kita tidak sujud dengan seseuatu yang mengikuti gerakan kita, begitu juga sorban atau baju koko yang tangannya kepanjangan.

Keenam, menjadikan posisi tubuh bagian bawah menjadi lebih tinggi dari tubuh bagian atas, maksudnya adalah posisi pantat menjadi lebih tinggi dari pundak dan kepala kita.

Ketujuh, harus/wajib tuma’ninah yaitu tenang atau diam sejenak.

DIsunnahkan turun bagian lutut dulu bukan tangan dulu dan disunahkan bertakbir apabila hendak sujud berdsarkan hadits dari Abu Hurairoh ra bahwa “..Rosululloh Saw bertakbir ketika turun..” (HR Bukhori dan HR Muslim) dan juga hadits dari Wail Bin Hujr ra berkata “saya telah melihat Rosulullloh Saw meletakkan kedua lututnya sebelum tangannya ketika akan sujud” (HR Abu Daud, HR Ibnu Hiban, HR Ibnu Majah, HR Turmudzi  dan HR Ibnu Khuzaimah)

Bacaan ketika sujud 
Dari hadits Hudzaifah ra, ia mengatakan, ia pernah shalat bersama Nabi Saw lantas Beliau Saw mengucapkan ketika rukuk “subhaana robbiyal azhim” dan ketika sujud, beliau mengucapkan

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى
“artinya: Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi”. (HR Muslim dan HR Abu Daud). Bacaan lainnya adalah 

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

“Artinya: Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi dan pujian untuk-Nya”. Ini dibaca tiga kali. (HR. Abu Daud) lengkapnya riwayat dari Imam Abu Daud, dari Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah saw. bersabda:

إذَا رَكَعَ أحَدُكُم فَلْيَقُلْ ثَلاَثَ مَرّاتٍ: سُبْحَانَ رَبّيَ الْعَظِيمِ ثَلاَثاً، وَذَلِكَ أدْنَاهُ، فإذَا سَجَدَ فَلْيَقُلْ: سُبْحَانَ رَبّيَ الأعْلَى ثَلاَثاً، وَذَلِكَ أدْنَاهُ.

“Jika salah satu dari kamu rukuk, maka ucapkanlah Subhanarabbiyal adzimi tiga kali, dan itu adalah batas minimal. Lalu jika salah satu dari kamu sujud, maka ucapkanlah subhana rabbiyal a’la tiga kali, dan itu adalah batas minimalnya.” (HR. Abu Daud). Bacaan berikutnya adalah riwayat dari Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata bahwa ketika sujud Rasulullah Saw membaca : 

اللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الخَالِقِينَ

“Ya Allah, kepada-Mu lah aku bersujud, karena-Mu juga aku beriman, kepada-Mu juga aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Penciptanya, yang Membentuknya, yang Membentuk pendengaran dan penglihatannya. Mahasuci Allah Sebaik-baik Pencipta” (HR. Muslim) dan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah Saw membaca ketika sujudnya :

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ : دِقَّهُ وَجِلَّهُ ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ ، وَعَلاَنِيَتَهُ وَسِرَّهُ

“Ya Allah ampunilah seluruh dosaku, yang kecilnya dan besarnya, yang pertamanya dan terakhirnya, yang terang-terangannya dan rahasianya” (HR. Muslim) dan masih ada lagi bacaan/doa ketika sujud dengan riwayat lainnya. Imam Syafii mengatakan saya senang jika dalam sujud seseorang membaca “subhaana robbiyal a’la” 3 kali, minimal 1 kali, bahkan boleh jika kita membaca 5 kali 7 kali bahkan sampai 11 kali hanya menurut imam syafii melarang imam dalam sholat fardu mambaca lebih dari 3 kali karena hawatir memberatkan ma’mum. wallohu a’lam

Tidak ada komentar:

DIKLAT Calon Kepala Sekolah Kab. Bandung Tahap 2 Tahun 2021

Puji syukur kehadirat All o h Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas On The...